Friday, June 6, 2008

Memahami Pembangunan dan Penolakan Terhadap Pertumbuhan

Secara umum disepakati bahwa pembangunan adalah suatu proses perubahan yang mengarah kepada peningkatan kesejahteraan manusia yang meliputi perbaikan tingkat hidup, kesehatan, pendidikan, serta keadilan. Namun secara praktis pemahaman tentang pembangunan banyak dilihat dari dalam sudut pandang ekonomi. Sehingga kemudian pemahaman tersebut justru menyempit pada perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pemahaman tersebut berangkat dari teori pembangunan yang dikembangkan oleh pakar ekonomi dunia seperti Roy Harrod dan Evsey Domar (teori Harrod – Domar)[1], serta Robert M Solow (teori pertumbuhan neo-klasiknya)[2]. Teori-teori pembangunan yang berkembang sering melupakan esensi dasar dari Pembangunan adalah “Pembangunan Masyarakat” dengan pengertian ‘bersama’ yang berbeda dengan pengertian ‘rata-rata’.

Dalam presentasi Rivai (2008), mengungkapkan dari buku yang berjudul “The Rise of India” (Niranjan Radhyaksa), bahwa pembangunan di India berangkat dari Revolusi besar yang terjadi di India: antara lain Revolusi Globalisasi dimana keputusan India untuk keluar dari kebijakan ekonomi masa lalu dengan meningkatkan perdagangan dan investasi yang lebih tinggi di seluruh negara sehingga sangat membantu spesialisasi orang India dan mendorong produktifitas, dan akses pada pengetahuan dan teknologi. Revolusi selanjutnya yaitu Revolusi Pengalihdayaan (outsourcing): penurunan biaya telekomunikasi dan digitalisasi pada proses bisnis perusahaan-perusahaan besar dunia membuka kesempatan bagi tenaga kerja India dengan pola outsourcing. Kemudian berkembang ke arah design chipset, riset farmakologi dan sebagainya. Dan diikuti oleh revolusi lainnya yaitu Revolusi Pendanaan , Revolusi Aspirasi dan Revolusi Kebijakan.

Selanjutnya Rivai juga mengutip dari buku tersebut (Manmohan Singh) “Sebuah negara digerakkan oleh rakyatnya. Rakyat digerakkan oleh kemampuan mereka. Kemampuan rakyat diciptakan oleh investasi dalam pendidikan, kesejahteraan, dan keterampilan dengan memberi mereka peluang mendapatkan pekerjaan yang produktif. Rakyat juga digerakkan oleh kebebasan yang mereka nikmati… Masyarakat terbuka memungkinkan perkembangan penuh kepribadian individual kita. Ekonomi terbuka memberikan ruang bagi hasil kreatifitas dan usaha kita. Masyarakat terbuka dan ekonomi terbuka menggerakkan mereka yang hidup dan bekerja di dalamnya. Menjadi masyarakat demokratis yang terbuka dan ekonomi terbuka yang menggerakkan India. Pengadaan jaring pengaman sosial yang efektif untuk kaum miskin dan mereka yang memerlukan akan memastikan bahwa semua bagian populasi kita akan berpatisipasi dalam proses pertumbuhan sosial dan ekonomi, dan menjadikannya masyarakat yang lebih inklusif”

Bahri (2008), menyajikan tentang bagaimana pertumbuhan ekonomi menimbulkan kemiskinan akibat terjadinya kesenjangan/inequality. Dalam penjelasannya Bahri berangkat dari definisi Definisi Equality yang dijabarkan oleh World Bank (2007) yaitu:

ϒ Equal Opportunity: Kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup bagi siapa saja tanpa pandang bulu, kesamaan dalam meraih pendidikan, pelayanan kesehatan, akses dalam pelayanan publik (air bersih etc) dan pendapatan.

ϒ Avoidance Absolute Deprivation: Situasi dimana suatu komunitas mempunyai jaminan agar kelompok terbawahnya mempunyai kesempatan untuk melindungi masa depannya. Kesamaan tersebut antara lain adalah kesamaan dalam meraih pendidikan, pelayanan kesehatan, akses dalam pelayanan publik (air bersih etc) dan pendapatan.

Konsep equality sangat penting karena berkorelasi dengan kapasitas manusia untuk mengembangkan dirinya. Dan inequality (kesenjangan) jika dibiarkan akan mempunyai implikasi sosial dan politik.[3]



[1] pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi (dalam Budiman, 2000)

[2] Solow melihat pembangunan dalam arti pertumbuhan ekonomi rata-rata, pandangan tersebut berkembang dengan menggunakan indikator untuk mengukur ekonomi makro.

[3] Bahri (2008), Kerusuhan Sambas, dipicu oleh perbedaan kesenjangan ekonomi antara kaum migran (madura) dengan penduduk asli, kesenjangan ini mudah diprovokasi/memberi celah untuk timbulnya Chaos dan; Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dipicu oleh kesenjangan kesejahteraan antar propinsi.

3 comments:

Anonymous said...

Terimakasih artikel dan informasinya kak ...
ittelkom-sby.ac.id

tomato said...

artikelnya menarik dan sangat bermanfaat terima kasih

santuy ae said...

nice articel

Label Cloud


 

Design by Amanda @ Blogger Buster